BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 11 Februari 2009

ZONA TIDAK NYAMAN

Seorang anak manusia terdampar
Ditengah hamparan permata
Diantara deretan gelar dunia
“Wahai dunia, kau telah kutaklukan, namun mengapa ?
Mengapa kau tidak mampu memberi makna
Hingga tak dapat kubedakan
Hidup atau matikah aku………
( Percikan Iman )

Beberapa minggu terakhir ini, sebagai pengelola pendidikan, kami sangat sibuk menyiapkan penerimaan mahasiswa baru. Seluruh koleksi buku-buku pengembangan diri dikumpulkan untuk dibahas sebagai materi yang akan disampaikan selama orientasi mahasiswa baru. Untuk membangun karakter seseorang yang telah dibentuk orangtuanya selama 18 tahun bukanlah suatu hal yang mudah.
Materi kekuatan perusahaan dari zona nyaman ke zona tidak nyaman menjadi perhatian saya. Dalam keseharian sebagai ibu dan pendidik saya menyadari saat ini sedang membentuk karakter manusia untuk bersedia melakukan transformasi dari zona nyaman ke zona tidak nyaman sementara pada saat yang sama saya justru harus ikut bertumbuh untuk mengikuti transformasi itu
Zona tidak nyaman, merupakan proses dari manusia untuk “naik kelas”. Bisa kita bayangkan, sedang nyaman tidur dan istirahat di kasur yang empuk. Kita malah di wanti-wanti untuk sholat tahjjud sebagai media paling afdol untuk mendekatkan dengan sang pencipta. Sedang enak-enak bekerja menjadi anak kuliahan lagi untuk lanjut mengambil S2.
Sebenarnya zona tidak nyaman, hanyalah pada saat awal pembiasaan. Sebagai contoh, semua orang yang mulai membiasakan dirinya untuk olah raga 30 menit setiap hari. Pada awalnya kita harus bersusah payah melawan malas dan bosan. Jika tetap konsisten lama kelamaan olahraga itu menjadi kebutuhan dan dialkukan dengan “fun” senang.
Pada saat usia kita sudah terbiasa membaca buku-buku ‘berat’, ternyata harus kembali membaca buku-buku yang digemari remaja karena ingin berempati dengan anak yang akan memasuki usia baligh.
Banyak zona tidak nyaman yang harus kita masuki dengan sebenarnya kita ‘tidak suka’. Tetapi ternyata zona tidak nyaman itulah yang akan semakin mendewasakan kita. Kalau semua orang hanya menyukai zona nyaman, mungkin tidak ada orang yang bertumbuh, “The common denominator of success” yang ditulis oleh E.M Gray mengatakan, ‘orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang gagal’, Mereka belum tentu suka mengerjakannya. Namun, ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.
Tujuan atau mimpi yang akan dan ingin kita capai mendorong kita masuk dalam zona tidak nyaman. Kita berjuang keras untuk terus menerus berada disana dan lama-kelamaan zona tidak nyaman menjadi hal yang biasa untuk kemudian menjadi zona yang nyaman. Untuk bisa melakukan perubahan-perubahan hari ini lebih baik dibandingkan yang terdahulu, kita membutuhkan suatu zona baru yang boleh jadi zona baru itu akan menjadikan anda manusia baru “ Building a new you “ Wallahu a’lam.

0 comments: