“Anak saya yang berumur 2 tahun itu, memang beda bu, Dia susah diatur, beda dengan kakaknya. “ Saya dengar kata-kata itu dari seorang ibu sekitar 3 tahun yang lalu, dan waktu bertemu lagi dengan teman itu beberapa bulan yang lalu, dia amsih membicarakan anak yang nomor 2 tetap dengan label yang sama. Anaknya yang nomor dua itu masih susah diatur, dan ternyata susah diatur disini maksudnya identik dengan prestasi di sekolah yang jelek, tidak sopan dan sering bikin masalah. Selalu saja kita tanpa sadar ada pamrih terhadap anak. Anak-anak kita akan mengharunkan nama orangtuanya dengan prestasi yang segunung. Atau dalam iklan-iklan sering kita dengar, ada seorang anak yang juara, lalu ayahnya berkata : “ itu baru anak ayah “.
Anak-anak kita juga setiap di kondisikan kasih sayang dengan syarat, syarat untuk mendapatkan pengakuan bahwa dia anak kita, adalah prestasi. Kalau anak-anak ibarat cermin orangtuanya, mungkin “susah diatur”, tadi adalah sudah pola pendidikan yang tidak teratur. “Kasih Sayang tanpa syarat” diperlukan oleh anak agar dalam perkembangan, tidak dalam keadaan tertekan agar mereka dapat tumbuh dengan wajar.
Ketika kita benar-benar mengasihi orang lain tanpa syarat, tanpa ikatan, kita membantu mereka merasa terjamin dan aman serta diteguhkan dalam nilai esensial, identitas dan integritas mereka. Kita member mereka kebebasan untuk berbuat menurut tuntutan batin mereka sendiri dan bukan bereaksi terhadap persyaratan dan keterbatasan kita. Hal ini tidak berarti kitab menjadi pemisif dan lunak. Kita menasehati, kita memohon, kita menetapkan batas, dan konsekuensi. Tetapi meski begitu, kita tetap mengasihi.
Sewaktu anak ingin tumbuh menjadi diri mereka sendiri, sementara ayah dan ibunya mempunyai perencanaan masa depan sesuai dengan peta pemikiran mereka saat ini. Padahal anak itu akan tumbuh tidak pada zaman mereka. Didiklah anak sesuai dengan zamannya kata Imam Ali, Anak hanyalah boneka ambisi orangtua. Akibatnya anak tertekan tidak menjadi dirinya sendiri dan orangtua juga frustasi jalan hidup anaknya tidak sesuai dengan skenario yang telah mereka rancang sejak bayi. Ada juga orangtua yang berusaha memahami, tetapi Sebagian besar selalu ada ancaman yang terselubung. Kasih sayang hanya akan diberikan jika anak memenuhi persyaratan sesuai dengan keinginan orang tua. Itulah yang dinamakan kasih sayang dengan syarat. Dapat kita bayangkan, anak-anak menjalani harinya seperti pedagang di pasar. Dia belajar tunggang langgang bukan karena ingin berprestasi tetapi semata-mata agar tidak mendengar kata-kata orangtua yang melecehkan dan sinis jika tidak berprestasi. Bukankah sebagai manusia, anak-anak dikaruniai potensi manusiawi yang unik ?
Kasih sayang tanpa syarat justru akan membuat anak merasa aman. Semakin akan merasakan suatu kasih sayang yang tulus dan ia diterima apa adanya maka ia akan berusaha keras memberikan yang terbaik untuk orang yang mengasihinya secara penuh. Seluruh potensi yang dimilikinya akan dipersembahkan dengan penuh perasaan pada orangtua yang ikhlas tanpa pamrih . Wallahu’alam.
Rabu, 11 Februari 2009
KASIH SAYANG TANPA SYARAT
Posted by susi at Rabu, Februari 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar