BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 04 Februari 2009

SURAT IBU

Sewaktu mengantarkan anak gadisnya ke bandara untuk melanjutkan ke bangku kuliah, seorang ibu memberikan selembar kertas. “Bacalah nak, setiap engkau merindukan ibu”

Tak berapa lama setelah sampai di kamarnya yang baru, Dibuka dan dibacanya lembaran yang diberikan ibu.

Anakku, apa yang kau alami saat ini telah ibu jalani 20 tahun yang lalu.
Saat itu ibu dikondisikan untuk menjadi yang terbaik.
Ibu telah dididik untuk menjadi seorang pemenang, tanpa diberitahu menang terhadap apa dan terhadap siapa.

Pada saat itu, ibu telah membaca banyak buku bahwa wanita hanyalah korban , objek, lemah dan bodoh, disertai bukti-bukti nyata betapa banyak wanita yang teraniaya di dunia ini.

Semakin lama, ibu sadar bahwa siapa lawan ibu pada saat itu. Terutama setelah ibu dibiasakan mendengar istilah emansipasi. Ibu tidak pernah diajarkan satu SKS pun untuk menjadi wanita yang benar. Tapi ibu diajarkan bagaimana agar ibu, sebagai perempuan akan menyamakan prestasi , atau bahkan akan mengalahkan makhluk yang bernama laki-laki.

Dari mulai SD, SMP, SMA bahkan di bangku kuliah ibu menerima pelajaran demi pelajaran, SKS demi SKS tidak berbeda dengan laki-laki. Mimpi dan ambisi perempuan dan laki-laki disamakan. Otomatis kekerasan jiwa ibu untuk menjadi pemenang semakin menggebu-gebu. Ibu memang berhasil nak, meraih segala apa yang diimpikan manusia.

Bahkan beberapa kali penghasilan ibu berada di atas penghasilan ayahmu. Betapa sering dalam rapat kerja, ibulah sang pemimpin rapat dan para lelaki sebagai pendengar. Ibu juga sering menyeringai menghitung-hitung aset, betapa laki-laki tidak begitu memberi makna dan dapat dikalahkan dengan telak. Bahagiakah ibu dengan kesombongan itu, nak? Hidup seakan-akan hanyalah arena menang-kalah. Emansipasi telah begitu mengerogoti sel-sel pikiran seorang perempuan untuk merasakan eforia kemenangannya terhadap laki-laki.

Kemudian, fase hidup ibu beranjak, dari usia dua puluhan, menjadi tiga puluhan, dan terus merangkak naik 32, 33, 34 dst sampai saat ini. Tahu kah engkau buah hatiku apa yang ibu rasakan saat ibu sudah semakin matang sebagai perempuan? Setelah ibu melahirkanmu dan menyaksikan engkau tumbuh, ibu sadar, kenapa aroma sorgawi justru ibu temukan setiap mengorbankan kepentingan ibu untuk kebahagiaanmu. Ternyata jiwa perempuan tak bisa di jadikan arena menang-kalah. Dia harus dikembalikan sesuai dengan tujuan perempuan diciptakan Sang Maha Kekasih. Dia harus dikembalikan pada fitrahnya.

Bahkan anakku, di dalam badan kita Allah telah mengaruniakan suatu organ yang dia sebut dengan asmanya yang sangat indah, yaitu RAHIM. Jiwa perempuan memiliki fitrah yang sangat mulia, lembut dan sumber kasih sayang. Menyaksikan engkau tumbuh, ibu seperti melihat cermin. Ibu tak akan membiarkan engkau memasuki arena tak jelas yang mengejar sesuatu yang juga tak jelas.

Engkau tetap sebagai pemenang nak, raihlah mimpimu, tanpa harus mengalahkan siapa-siapa kecuali mengalahkan dirimu sendiri. Ibu bergidik, cemas, khawatir engkau akan melalui fase kehidupan seperti ibu. Ibu tidak rela engkau menemukan dirimu di usia setua ibu. Ibu ingin engkau jauh lebih bijak, lebih arif, dan hidup sesuai dengan fitrahmu. Banggalah dan berbahagialah menjadi perempuan, karena hanya dengan membuat Sang Maha Kekasih, ayah, ibu, suami dan anak-anakmu tersenyum maka surga telah ada di telapak kakimu.

0 comments: