BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 03 Februari 2009

Bertahan di Puncak itu Lebih Sulit

Anda masih belum cukup banyak berbuat (sesuatu), dan tak akan pernah cukup sepanjang masih mungkin bahwa Anda memiliki sesuatu yang berharga untuk disumbangkan.
DAG HAMMARSKJOLD

Dalam sms yang saya terima beberapa hari yang lalu, dari berlangganan dengan MQ tertulis disana ‘Manusia akan menua, tetapi 2 hal akan tetap muda baginya yaitu rakus pada harta dan rakus pada umur/takut mati (HR. Bukhari Muslim)’. Semakin tua umur, semakin maju karir, semakin banyak harta dan semakin besar wewenang, belum tentu semakin matang dalam menyikapi atribut sukses tadi. Ada yang makin dungu membuat keputusan, ada yang gamang dan jadi makin tak beraturan. Tidak pernah ada jeda, berhenti sejenak, menengok kebelakang, mengevaluasi, apa yang telah dilakukan.
Kamus mendefinisikan wewenang dengan istilah-istilah yang berkaitan dengan perintah, kontrol, kekuasaan, pengaturan , supremasi, dominasi, kekuatan, daya. Seringkali berada di puncak diikuti dengan memiliki wewenang. Wewenang akan timbul setelah melalui proses panjang, ntah dengan cara yang jujur atau instan.
Berada di puncak, sering membuat kita harus mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran kita pada orang lain. Tetapi kesulitan kalau topeng-topeng yang kita pakai seperti sebuah dunia fiktif . Kita baik pada satu sisi, tetapi melakukan hal lain apa yang kita ingin lakukan tanpa perhitungan. Mahatma Gandhi ada mengatakan ‘Seseorang tidak dapat melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain manapun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi’.
Mungkin disini kita sering mendengar penonton jauh lebih pintar dari pemain setiap menonton pertandingan bola kaki. Tetapi pada saat menjadi pemain, kita malah melakukan kesalahan yang lebih fatal. Stephen Covey sudah mulai memindahkan lagi abad sekarang bukan lagi abad informasi tapi abad kebijaksanaan. Seorang pemimpin yang hanya pintar dalam keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah tugas tertentu, bergelar PHD dari universitas ternama kelas Internasional tetapi tidak memiliki kompetensi konseptual yang mampu melihat gambaran besar, dan menghubungkan semua bagian menjadi satu, kemampuan berpikir secara strategis, dan sistematis, tidak hanya taktis. Maka bersiaplah untuk menonton jenis kepemimpinan amburadul.
Apalagi kalau orang yang kita pilih sebagai lingkar pengaruh adalah orang yang tidak kompeten dan selforiented, berorientasi pada diri sendiri. Kalaupun anda ibu rumah tangga, maka rujukan tempat bertanya untuk mendidik anak adalah orang yang memang telah terbukti memiliki anak-anak yang sukses secara integrated. Secara teoritis memang kita harus membaca pendapat ahli tentang pendidikan anak dan mengikuti berbagai seminar, bukan bertanya pada tetangga atau teman yang tidak kompeten. Serahkan urusan pada ahlinya. Kalau kita pemimpin organisasi dan pemerintahan, akan lebih besar lagi tanggungjawabnya. Kita perlu konsultan khusus di bidang itu, yang memiliki good will, pakar secara akademis , memiliki kompetensi konseptual dan pengalaman yang memadai. Bukankah karakter dan karya kita ditentukan oleh dengan siapa kita bergaul dan bertanya?Wallahua’lam.

0 comments: