BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 03 Februari 2009

Setiap Wanita Berhak Bahagia Selamanya

Ada di fase manakah anda berada sekarang sebagai wanita? Usia 20, 30, 40, 50, 60? Benarkah saat berusia 20 tahun memang lebih bahagia dari pada usia saat ini. Berada di depan kaca mulai menghitung jumlah kerutan, lemak di sana sini. Atau kesepian karena anak-anak sudah sibuk dengan dunianya sendiri. Seringkali terasa kesepian, kesedihan dan merasa hampa.
Ada di usia 30? Anak-anak masih balita. Penghasilan suami masih pas-pasan. Rumah masih ngontrak atau tinggal dengan mertua. Tapi benarkah situasi ini wanita tidak berbahagia karena begitu repotnya dengan anak-anak dan mengatur ekonomi yag pas-pasan?
Sekarang usia sudah 40, karir semakin membaik. Status sosial sudah meningkat. Sudah punya rumah sendiri. Kebutuhan dasar (basicneed) sudah terpenuhi. Sudah mulai ada jadwal liburan ke negara tetangga, walaupun masih pakai ferry. Kehidupan sosial juga sudah punya ’kelas’. Tapi sudah mulai ada beberapa perubahan pada fisik. Sudah semakin matang. Tapi apakah wanita tadi sudah bahagia pada situasi saat ini?
Waktu terus beranjak, tidak terasa usia mulai mencapai 50 tahun. Hormon estrogen mulai menurun. Rambut sudah memutih. Terasa emosi semakin sensitif. Kondisi tubuh juga agak cepat lelah kalau aktifitas tinggi. Suami semakin sibuk, urusan semakin banyak. Sehingga waktu untuk bertanya perasaan pun sudah tak sempat lagi. Kegiatan hubungan intim semakin jarang. Tetapi benarkah situasi ini membuat wanita tadi tidak bahagia?
Sekarang sudah memasuki usia pensiun 60 tahun. Tua. Semakin ringkih. Mulai merasa tidak berguna. Sudah duduk di belakang kalau ada undangan, atau kalau suaminya sangat besar pendapatan dan membangun ketokohan duduknya di depan juga tapi hanya sekedar penghormatan pada sesepuh. Basa basi. Tetapi apakah wanita tadi sudah demikian tidak bahagianya karena fisik, status siosial sudah menurun?
Singkatnya satu dekade berlalu. 10 tahun seperti selayang pandang. Rasanya saya baru ikut tes Perguruan Tinggi, melonjak kegirangan karena lulus masuk kedokteran. Ternyata waktu itu telah berlalu 18 tahun yang lalu. Kalau saya sudah menikah saat itu, sekarang sudah hampir punya menantu. Semakin bertambah umur, semakin kita bertanya siapa dan apa yang bisa membuat kita tersenyum dan bersemangat. Apa yang membuat kita tertekan, merasa kesal dan muak. Kepada apa kita bersandar untuk sebuah perasaan bahagia. Kepada orang, status sosial, warisan, anak dan sebagainya. Apa betul kebahagiaan kita bisa didikte lingkungan? Apa betul kita terus menerus memakai topeng untuk mengatakan pura-pura bahagia? Jauh di dasar hati, anda harus jujur.Kalau memang terobsesi dengan uang dan jabatan maka kejarlah sampai terpuaskan tak terhingga. Kalau mengejar kepuasan seksual, kejarlah sampai terpuaskan. Semua nafsu hewani, syahwat yang tak bisa dikekang ntah sampai kapan. Carilah budak-budak yang siap untuk dijadikan ’tools’ untuk kepuasan tadi. Budak-budak yang dangkal tak berjiwa. Petanyaannya adalah ’sampai kapan’? Sampai mana hormon estrogen, hormon testosteron, fisik akan menjadi andalan mengejar kebahagiaan dan sumber inspirasi untuk berkarya.. Setiap wanita berhak menikmati kebahagiaan sepanjang masa pada setiap fase hidupnya tanpa bersandar pada apapun termasuk pada syahwat. Karena kita bukanlah binatang tetapi diciptakan sebagai manusia terhormat yang dimuliakan Allah menjadi pemimpin di muka bumi .Wallahu’alam.

0 comments: