Kesibukan…………..
Antara kesibukan dan kemajuan sering bertemu
Berlawanan.
Hanyalah para pahlawan yang memepunyai ciri mau
Berfikir, menulis dan berjuang,
Untuk kemajuan dan kemaslahat orang lain yang lebih banyak,
Walaupun dirinya tidak mendapatkan keuntungan.
Motivasi berprestasi, kreatifitas, inovasi, energy positif, komitmen
Kemajuan………. Identik dengan pengorbanan
Kualitas……….. identik dengan profesionalisme
………………..
B.S Wibowo Trusco 1999
Sebuah renungan bagi kita. Kesibukan dan peranan kita sebgaai orangtua tak kan pernah putus, memerlukan keikhlasan yang terus menerus. Tanpa pamrih. Bekerja semata-mata menjalankan kehidupan dengan benar, jernih. Menjaga pengorbanan dan profesionalisme tetap seiring. Kebahagiaan tak terhingga diraih dengan melihat kebahagiaan orang lain akibat kerja kita. Ibu meemanglah seorang pahlawan yang luarbiasa hebat.
Ibu yang dapat keluar dari fikir pada lingkaran kebutuhan pokok dan logistic Ibu, yang dalam ketenangannya, muncul suatu kecendrungan untuk memenuhi kebutuhan intelektual dan spiritual.
Jebakan sebuah paradigm tentang kesuksesan identik dengan bertambahnya asset materi membuat kita berputar-putar dalam orbit mengejar status sosial. Seorang ayah yang berusia di atas 40 tahun seradak seruduk mengejar jabatan kepala dinas. Hanya itulah obsesi terbesar yang dimilikinya sebelum pensiun. Obsesi yang terlalu sederhana untuk seorang laki-laki, pemimpin. Atau obsesi seorang ibu untuk tetap duduk di kursi paling depan pada setiap acara karena status suaminya. HAnya itulah obsesinya. Sangat ringan dan tidak akan pernah menjadikannya seorang yang dikenang. Umurnya hanya sebatas usia fisik kasarnya. Ia akan mati dan tak dikenang setelah dipisahkan antara ruh dan raganya.
Untuk menjadi besar kita meemang harus berfikir. Orangtua yang berfikir besar, dan banyak memikirkan kemaslahatan hidup orang banyak akan membuat anak-anak yang juga memiliki visi yang ikut besar. Sekali lagi, tidak berkisar seputar dirinya. Hukum Maslow mengatakan bahwa seseorang akan memenuhi kebutuhan intelektual atau aktualisasi diri setelah kebutuhan logistik atau kebutuhan dasarnya terpenuhi,Tetapi masih banyak orangtua yang sampai mendekati ajal tidak pernah naik kelas pada kebutuhan intelektual. Gede Prama – Seorang konsultas pernah bertutur, setelah memiliki mobil kijang, ingin memiliki mobil Honda, kemudian naik lagi ke mobil BMW, terus anik ke mobil jaguar, Ferrari dan rolls Royce. Terus haus dengan pemuasan fisik. Seperti pejabat yang terus menerus mengisi pundi-pundinya dari setiap proyek yang ditandatangani. Ada penyakit sindroma skarsiti-karena pada waktu muda sangat susah sehiingga obsesi akan uang tidak bias dihentikan. Rekening satu triliyun, rumah 20 buah pun terasa kurang terus. Sementara, anak-anak yang terus tumbuh dengan kita menyaksikan sepak terjang orangtuanya dan karakter ini terwarisi dengan baik. Ternyata lebih baik menyalakan satu lilin daripada mengetuk kegelapan. Wallahu’alam
Jumat, 06 Februari 2009
PEMENUHAN KEBUTUHAN INTELEKTUAL ORANGTUA
Posted by susi at Jumat, Februari 06, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar