Beberapa tahun yang lalu, sewaktu kita fikir pelajar kepemimpinan hanya untuk pemimpin negara dan perusahaan, banyak orang tua yang amsih bangga kalau keman-mana ditemani baby sistter lengakap dengan seragam yang biasanya berwarna putih atau biru muda. Ibunya akan memanggil "suster" terhadap pengasuh anak tadi. Dengan baby sitter menunjukkan suatu status sosial tertentu. Mungkin sekarang masih banyak kita temukan ditempat-tempat umum. Bagian dari ilmu kepemimpinan adalah "understandingself", termasuk di dalamnya memimpin diri sendiri.
Bagi ibu-ibu yang bekerja, jasa babby sitter terasa sangat diperlukan. Tetapi, ada kalanya keterusan sampai anak dewasa. Apakah dampaknya ? Ternyata anak-anak yang memiliki 'bodyguard' ini, bersikap bossy atau ngebos. Mereka mulai mengerti bahwa suster itu digaji orangtuanya untuk melayani seluruh keperluan dia. Pihak sekolah selalu kesulitan karena nilai-nilai yang diajarkan disekolah sangat berbeda dengan yang diterapkan di rumah. ada Suster, yang setiap anak majikannya pulang sekolah berusia 10 tahun, langsung membukakan sepatu, mengambilkan minum, mengambilkan baju ganti, dan handuk bahkan menyiapkan makanan, padahal anak tadi sehat walafiat tetapi diperlakukan seperti anak cacat fisik. Ada juga bukan oleh suster, tetapi oleh nenek yang terlalu sayang pada cucunya. Atau oleh ibunya sendiri karena kurang pengetahuan. Jangan heran, jika anak-anak pejabat atau pengusaha sukses yang jam terbangnya di luar sangat tinggi banyak memiliki anak yang 'aneh'. Dikelas maunya diladeni, cepat merajuk, dan kasar terhadap teman-teman. Akhirnya mereka dikucilkan. teteapi sewaktu orangtua diajak mendiskusikan dengan psikolog sekolah, orang tua yang bersangkutan malah bingung, karena merasa telah memenuhi seluruh keperluan anaknya.
Apapun status kita, anak ternyata perlu bersama-sama dengan orangtuanya pernah memasak, mencuci piring, mencuci baju, membersihkan rumah, walaupun hanya sebulan sekali. Atau ia diberi tanggungjawab tertentu seperti membersihkan kamarnya sendiri, mencuci piringnya sehabis makan siang dll. Mengapa ? untuk menanamkan nilai-nilai, bahwa pekerjaan itu sangat diperlukan jika suatu waktu dia tidak bersama kita. Selain itu menekankan bahwa pekerjaan rumah sangat mulia dilakukan, sebagaimana dicontohkan Rasulullah yang melakukan sendiri keperluan pribadinya. Disamping itu akan menanamkan rasa rendah hati dan mampu bekerjasama dengan orang lain. Sehingga ia tidak kaget melihat kenyataan diluar. Pernah anak seorang teman, sesampainya di Jerman untuk keperluan studi, menemukan abnyak masalah. Bahkan karena otaknya bodoh, tetapi semua keterampilan rumah tidak sanggup dia lakukan bahwa memasak air sekalipun. Perasaan gamang muncul sewaktu harus melakukan sendiri segala sesuatu untuk keperluan dirinya.
Keterbatasan waktu karena kesibukan mencari uang dan mengejar eksistensi diri sering melenakan orangtua, bahwa dia sedang diberikan amanah berupa manuasia, bukan benda.
Rabu, 11 Februari 2009
KETERAMPILAN PEKERJAAN DI RUMAH
Posted by susi at Rabu, Februari 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar