BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 03 Februari 2009

KEHILANGAN ASA

Kita semuanya terpenjara, namun beberapa diantara kita berada dalam sel berjendela. Dan beberapa lainnya dalam sel tanpa jendela.
Kahlil Gibran

Perubahan tentang cara berpikir dan bertindak banyak diharapkan orang untuk maju. Ternyata ada saat atau momen, titik semangat kita berada di level terendah. Perubahan kadang tidak memberi apa-apa. Membuat kita kehilangan asa. Sampai pada titik jenuh. Mungkin harapan yang semestinya terus disiram oleh semangat kehidupan. Mungkin karena itulah peraih Nobel dalam sastra dari Rusia –Tolstoy melakukan bunuh diri dalam gerbong kereta api barang pada musim dingin. Setelah membuat karya besar dan berada di puncak tidak tau lagi puncak mana lagi yang mau di daki. Keputusasaan kadang bukan datang dari kesulitan-kesulitan. Tetapi lebih banyak datang dari rasa kehampaan. Nelangsa. Begitu pula dengan penulis kenamaan Virginia.W yang menenggelamkan dirinya di dasar laut dengan masuk ke dalam karung yang dibebani batu. Kehampaan bisa menjadi musuh besar harapan. Sementara sang pemelihara harapan sedang perlu diberi api semangat untuk menyalakan harapannya.
Tidak selamanya seorang ibu akan menjadi sumber energi anak-anaknya. Juga tidak selamanya seorang suami akan menjadi sumber energi keluarganya. Ada saat-saat kita kelelahan, jenuh dan tidak ingin menjadi sumber energi siapa-siapa. Sementara pada saat menjadi pemimpin, kita selalu diharapkan menjadi lokomotif penggerak orang lain. Terus menerus memberikan getaran-getaran emosi untuk meraih impian. Mungkin karena inilah orang yang sangat rasional, apabila mengikuti pelatihan spiritual menjadi kurang rasional. Setiap orang rindu dengan oase yang jernih. Oase yang dapat menampung semua gundah dan letih. Merindukan bertemu dengan orang-orang bijak dan beristirahat. Kelelahan emosional ini membuat tokoh spiritual menjadi idola, dianggap yang paling memahami apa yang kita rasakan. Ustadz yang karismatik, pintar, menyejukkan, melakukan apa yang ia katakan seolah memberikan jawaban dalam proses ‘spiritual journey’ (proses mencari kebenaran) pada orang-orang lelah tadi. Berbagai pelatihan spiritual menjadi laris manis. Walau beban belum tentu berkurang, tetapi minimal kita sedang diberi waktu melepaskan lelah.
Berjalan mengarungi dunia ini tanpa keyakinan akan membahayakan. Kadang salah pilih panutan. Salah arah. Salah mengambil keputusan. Menjadi manusia dungu tanpa pedoman yang jelas. Pesona sesaat kemudian kita dibiarkan sendirian mengarungi ‘spiritual journey’. Tanpa bimbingan. Tanpa follow up. Seolah setan telah berhenti bekerja mengobarkan putus asa, jenuh , lelah dan surut ke belakang menyuarakan kebenaran. Mungkin saja para ustadz tadi sebagai manusia biasa juga punya banyak kepentingan. Kepentingan yang berpindah-pindah dari satu orang ke orang lain. Akhirnya sampai juga kita pada suatu kesimpulan, bahwa dalam proses ‘spiritual journey’, orang lain hanyalah fasilitator. Penggerak utama dalam mengobarkan kembali daya juang dan menetapkan kita dalam ‘track’ atau jalur yang benar adalah antara saya dan aku saja. Orang diluar diri benar-benar hanya fasilitator. Itu saja. Wallahua’lam.

0 comments: