“Hanya kecoa yang tidak mau berubah”. Peserta seminar yang hadir tertawa mendengar komentar pembicara dalam sebuah seminar. “Apa yang akan saya alami kalau saya berubah? Terlalu riskan, tidak mungkin, melelahkan.” Terdengar suara berbisik dari arah belakang. “Saya gini-gini pun cukuplah, malas pening-pening, asalkan gaji tak berkurang gara-gara perubahan ni” kata seorang bapak yang duduk bersandar . Tema seminar tentang perubahan itu membuat berbagai reaksi peserta seminar. Tapi kebanyakan belum paham betul, karena memang program hari itu hanya mengajak peserta seminar untuk melihat, ‘kenapa perlu melakukan perubahan’. Belum mengajak bergerak, apalagi menyelesaikan perubahan. Jadi wajar saja kalau peserta ada yang antusias, dingin, tidak peduli, sesuai dengan karakter masing-masing. Tetapi kalau seminar tadi pesertanya lebih 50% tipe sepatu usang, rasanya akan banyak sekali tantangan menyambut sebuah perubahan ini.
Dalam buku ‘Change’ Rhenald Kasali, sepatu usang di sudut ruangan sebagai perumpamaan. Ia ada disana sepanjang hari, anda selalu melihatnya, namun anda merasakan kehadirannya biasa saja. Ntah berapa lama sepatu sudah berada disana, kita bahkan tidak menyadari keberadaaannya. Seperti menjalani sebuah rutinitas, karena kita tidak pernah melakukan pembaharuan dan perubahan, keberadaan kita seperti sepatu usang bagi orang lain. Tidak memberi makna. Statis dan membosankan. Sepatu usang bisa berupa manusia atau berupa peraturan yang sudah basi. Bisa juga sebuah metode pengajaran yang membosankan mahasiswa. Tidak menggigit dan penuh ‘surprise’.Garing kata orang Sunda. Salah satu tokoh dalam buku “Who moved my Cheese”, bersikap seperti si sepatu usang yang bertahan tidak mau keluar dari kebiasaan lama, walaupun persediaan keju sudah habis. Biarlah dia kelaparan daripada mencoba cara baru mencari keju di luar sana. Tidak mau keluar dari zona nyaman. Bahkan orang yang bersikap seperti sepatu usang ini, bila dia orang bekerja, maka jangan mencoba untuk menambah kesibukan di luar rutinitas yang ia lakukan sehari-hari. Akan terjadi kepanikan. Stephen Covey malahan menganjurkan lebih baik memberi tanggungjawab baru pada orang yang sibuk, karena dia lebih bijak mengatur waktu dan terbiasa diberi beban.
Walaupun perubahan memberikan banyak ketakutan, sekaligus harapan, tatapi perubahan bagaikan suatu oksigen di dalam sebuah lembaga atau individu. Mungkin kita bertemu dengan orang statis dan apatis seperti sepatu usang tadi. Tetapi cepat atau lambat dengan keadaan sekarang, perusahaan atau individu yang tidak suka dengan perubahan itu akan diseleksi oleh keadaan. Dengan kata lain tereliminir oleh sistem. Perubahan disini tentusaja maksudnya menuju profesionalitas dalam setiap peran yang kita lakoni saat ini. Tidak termasuk di dalamnya perubahan modern berkedok globalisasi seperti menerbitkan majalah Play Boy versi Indonesia. Perubahan yang kita maksudkan adalah perubahan bernas yang bermanfaat bagi orang lain tentunya. Bukan perubahan semu tanpa substansi yang jelas kecuali profit. Wallahua’lam.
Selasa, 03 Februari 2009
Sepatu Usang di Sudut Ruangan
Posted by susi at Selasa, Februari 03, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar