BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 02 April 2010

perbedaan kejam dan pemaaf

Ada yang menarik dari komentar salah satu presiden Amerika Roosevelt ; No body can hurt me without my permission'. Hal senada juga dikatakan Mahatma Gandhi. Rasulullah lebih spesifik, kalau hanya Muhammad yang mereka hina, it's fine, tapi kalau agama, din, maka Rasulullah akan terganggu dan ada reaksi. Fenomena ini unik. Roosevelt, dan Mahatma Gandhi menekankan, kita harus proaktif, tidak reaktif.

Bagaimana dengan Rasullah - kalau sekedar kulit, tulang, fisik Muhammad yang disakiti sedemikian rupa, it's not a big deal tentunya. Rasulullah menganggap perbuatan mereka, karena mereka tidak mengerti. Tapi kalau bermain main dengan nilai agung, maka persoalannya akan berbeda. Jelas perbedaannya. Garisnya juga jelas. Tidak setengah setengah. Rasulullah pemaaf, sangat pemaaf, tapi sewaktu ada 3 sahabat yang tidak ikut perang karena tidak serius mau ikut, lalai, sekembalinya perang 3 sahabat tadi tidak diajak berbicara oleh seluruh muslim selama berminggu-minggu, diisolir, akibatnya ketiga sahabat tersebut sangat tersiksa, sampai turun ayat mereka kembali diterima. Jadi hukuman tetap ada.

Menjadi pemimpin, juga begitu. Suatu saat, ada karyawan yang tidak mau mengikuti proses karena tidak serius mau mengikuti, maka kita buka pula pintu maaf yang selebar-lebarnya, sementara proses itu sebagai bekal ilmu untuk menjalankan sebuah amanah besar. Ada karyawan yang sering terlambat, kemudian dimaaafkan juga, padahal sudah akad sejak awal. Apakah ruang maaf memang harus dibuka terus menerus. Kemudian mereka tertawa di belakang karena selalu dimaaafkan kemudian mengatakan 'you see, nothing happen "sambil mentertawakan teman yang disiplin....

Allah maha pemaaf, dalam konteks manusia tentu harus juga memiliki sifat ini, harus.
Apa perbedaan antara kesengajaan perbuatan dengan 'nanti akan dimaafkan, kok'.
Negara juga begitu, banyak para pencuri kejam, sering minta maaf. Di Cina, mencuri lebih US$4.000, maka dihukum pancung langsung tanpa ampun di depan umum. Kejamkah negara ?

Batasan kejam, punishment, pemaaf, adalah hal-hal yang tidak bisa disamar-samarkan. Apa yang menjadi standar, apakah pembenaran atau demi hubungan baik, 'apa kata orang'? Bagaimana dengan ancaman neraka yang ada pada Al Qur'an, apakah berarti Allah kejam? ketidaktegasan akan mengundang petaka, kekejaman juga akan mengundang petaka...sekali lagi kita berstandar pada apa???? hukum pertemanan dan populis dan kepentingankah. Hina di depan makhluk tentu lebih baik daripada hina di depan Allah. Wallahua'lam

0 comments: